Friday, October 26, 2007

Pemuda Harapan Indonesia

“Pemuda adalah tulang punggung Negara. Karena itu masa depan negeri ini amat tergantung padanya. Jika ia tumbuh dan berkembang dengan baik maka bangsa ini pun kelak menjadi bangsa yang maju peradabannya dan sebaliknya jika ia tidak mampu berkembang akan habislah peradaban di negeri ini.”


Di berbagai media massa baik itu elektronik maupun cetak banyak program yang sengaja dibuat dengan mengambil segmentasi kaula muda. Sosok pemuda merupakan icon yang memiliki nilai komersial tinggi dikarenakan senantiasa energik, lincah dan kreatif serta sedang berada dalam fase fisik kesempurnaannya. Pemuda selalu memiliki kekhasan dalam karakternya yang bersifat dinamis, mudah belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya, itulah sekiranya yang membedakan generasi muda dengan generasi se-zaman lainnya. Sosok-sosok pemuda yang sering dimunculkan pada media khususnya televisi adalah figur-figur yang mudah bergaul, modis, glamor,dan memilki pesona wajah yang indah untuk dilihat. Kehidupannya pun lurus-lurus dan lancar saja tanpa ada kendala apalagi halang rintang, hari-harinya dipenuhi dengan senang-senang dan bercanda dengan sesamanya. Seolah-olah apa yang dimunculkan kepada mayarakat luas adalah mencerminkan kehidupan riil dari kaula muda di Indonesia, apakah benar seperti itu keadaannya? Atau generasi muda Indonesia hanya dijadikan komoditas industri hiburan (entertainment). Karena dalam teori marketing dunia hiburan, jika ingin mendapatkan rating yang tinggi dari masyarakat maka produk itu haruslah mampu membangkitkan alam khayal dari apa yang di impikan manusia pada umumnya yaitu kemewahan, popularitas dan pasangan yang sejuk dipandang.

Kontribusi pemuda dalam membangun negeri ini mempunyai dampak yang signifikan. Bangsa ini memerlukan bahan bakar yang ekstra agar dapat memobilisasi penduduknya agar mau bangkit, bergerak dan selalu berusaha membangun diri, keluarga, masyarakat dan negaranya. Bahan bakar itu adalah para pemuda yang memiliki energi yang luar biasa dan semangat pantang menyerah. Oleh karena itu yang perlu ditonjolkan adalah sosok-sosok pemuda sebagai pejuang dan pahlawan sejati yang senantiasa belajar dan bekerja keras. Bukan sekedar pejuang untuk sebuah ‘cinta gombal’ dan bukan pejuang yang hanya bisa becanda dan foya-foya saja, seperti yang biasa kita liat selama ini.

Dalam sejarah kebangkitan Indonesia menuju negara yang merdeka dari penjajahan, dapat kita saksikan tokoh-tokoh pemuda mampu melakukan sebuah perjuangan yang luar biasa. Tokoh-tokoh pemuda kala itu mampu beraliansi atau menyatukan diri dengan pemuda-pemuda di daerah lainnya dalam sumpah pemuda sebagai upaya mempersatukan bangsa ini. Meskipun mereka dipisahkan oleh suku, agama dan bahasa, tetapi itu bukanlah penghalang. Dapat kita saksikan pula bagaimana seorang Soekarno mampu menjadi proklamator sekaligus pemimpin di negeri ini ketika beliau masih berusia muda. Kita tentu ingat perkataan beliau “Berikan padaku lima orang pemuda, niscaya aku akan mengubah dunia”. Disinilah letak keyakinan bahwa pemuda memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi pilar-pilar pembangunan sebuah negara. Jika para generasi muda itu dipersiapkan dengan pembinaan yang membuatnya tumbuh besar maka ia kelak akan menjadi insan-insan pengukir prestasi dalam sejarah peradaban negeri ini, sebaliknya jika ia diperlakukan biasa saja bahkan dibuat tidak pernah berpikir mandiri maka ia hanya akan membebani bangsa ini.

Waktu terus berjalan dan tak akan dapat terulang lagi. Hanya sejarahlah yang dapat dimintai bantuannya sebagai petunjuk agar kesalahan lalu tidak terulang kembali. Perkembangan akan nilai-nilai kehidupan, kemajuan teknologi dan pemikiran manusia pun tumbuh dengan pesatnya. Kita saksikan bagaimana teknologi mampu membuat dunia ini menjadi tanpa hambatan jarak dan batas. Ditambah eskalasi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi begitu cepat mengalami pembaharuan. Ditengah-tengah kemajuan teknologi dan peradaban dunia saat ini kondisi Negara kita sedang berada dalam level yang menyedihkan. Keterpurukan di berbagai sektor vital menghinggapi negeri ini, krisis di bidang politik, hukum, ekonomi hingga permasalahan moral pun menimpa bangsa yang mengaku sebagai negara yang beragama ini. Di negeri ini banyak orang yang lahir, tumbuh sampai ia mati tak pernah sedikit pun ia merasakan kehidupan dan pekerjaan yang layak baginya. Hasil survei angkatan kerja nasional Februari 2007 mencatat, jumlah penganggur di Tanah Air sebanyak 10,55 juta orang, atau sekitar 9,75 persen, dan sebanyak 740.206 orang, atau sekitar 7,02 persen tercatat sebagai penganggur dari kalangan yang mengenyam pendidikan tinggi. Dengan data yang cukup menyedihkan itu seharusnya para pemuda di negeri ini merasa prihatin dan was-was akan masa depan mereka. Tetapi apa yang terjadi dilapangan? Banyak dari para pemuda di negeri ini tidak punya orientasi yang jelas mengenai visi hidupnya. Bagaimana dapat kita saksikan generasi muda saat ini menjadi korban dari era globalisasi atau budaya negative dunia barat (victim globalization) yang sarat akan kehidupan hedonis (keduniawian), pakaian yang menampakan aurat, pergaulan bebas, dan lainnya.

Jika melihat keadaan para pemuda Indonesia saat ini rasa-rasanya sulit bagi kita untuk mengidamkan Negeri ini menjadi pemimpin peradaban di dunia ini seperti yang dialami oleh amerika dan jepang hari ini. Mustahil mendapatkan hasil yang yang lebih baik dengan usaha yang sama dengan sebelumnya. Untuk mengetahui bagaimana keadaan suatu Negara di masa depan maka lihatlah kehidupan para pemudanya masa kini. Dan indikator lainnya adalah content atau program acara apa yang diberikan media kepada generasi mudanya.

Tapi kita tidak boleh pesimis melihat kondisi generasi muda Indonesia pada umumnya, karena tidak sedikit pemuda-pemudi di negeri ini yang mau berjuang dan berusaha untuk membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik lagi. Sebagian dari pemuda itu adalah para pelajar dan mahasiswa yang sedang menempuh studi di dalam ataupun luar negeri. Mereka tidak mudah terpikat oleh gemerlap kenikmatan sesaat dunia. Waktu sangatlah berharga bagi dirinya. Sehingga setiap kesempatan yang dimiliknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena mereka memilki keyakinan bahwa masa depan adalah investasi hari ini.


Mewujudkan Asa Masa Depan

Sekiranya ada empat kriteria sosok pemuda yang menjadi harapan bagi masa depan Indonesia yaitu, pertama, ia harus berjiwa spiritualis. Maksudnya, setiap tingkah lakunya di jalankan dengan penuh kehati-hatian dan ketaqwaan kepada sang pencipta. Ia tidak berani menyia-nyiakan masa mudanya dengan aktivitas keduniawian yang melalaikan. Ia menyadari dirinya telah dianugerahi akal yang luar biasa untuk berpikir sehingga selalu memberdayakan akal itu menjadi sebuah kreatifitas yang berwujud karya dan prestasi. Rasa syukur atas nikmat Tuhan itu yang selalu mengiringi langkahnya. Sikap spiritualis merupakan pondasi dasar dari kepribadian manusia. Pemuda-pemuda Indonesia haruslah memiliki pondasi dasar itu, yaitu berupa kepribadian yang taqwa, santun dan bersahabat.

Yang kedua, seorang pemuda haruslah memiliki kapasitas intelektualitas yang tinggi yang mampu memiliki daya saing dengan pemuda lainnya terlebih dengan bangsa lain. Hari-harinya dipenuhi dengan aktifitas mencari ilmu, ia tidak pernah terpuaskan dengan apa yang diperolehnya hari ini. Bahkan ia merasa dirinya masih sangat kekurangan ilmu, sehingga ia selalu mencari jalan bagaimana agar dirinya memperoleh pengetahuan baru tiap harinya. Oleh karena itu perbaikan dan pembangunan sektor pendidikan di negeri ini harus di prioritaskan agar sumber daya manusia kita kelak menjadi SDM-SDM yang professional, sesuai bidang keilmuannya dan memiliki kemampuan membawa bangsa dan Negara ini ke arah peradaban teknologi dunia.

Ketiga, untuk membangun indonesia kearah yang lebih baik dan bermatabat, maka yang diperlukan bangsa ini ialah pemuda-pemuda yang berpikir visioner atau mau berpikir jauh ke arah masa depan, ia mampu menjadi pionir bagi pemuda-pemuda lain dalam bergerak. Dalam berinteraksi dengan lingkungannya senantiasa memiliki ide-ide inovatif dan brilian untuk diterapkan. Ilmu yang dimilikinya membuat ia mampu berpikir strategis merencanakan masa depannya. Ia tidak terjebak oleh baying-bayang masa lalunya, dengan segera ia menjadikan masa lalu sebagai pelajaran berharga yang tidak akan terulang kembali olehnya. Visi hidup mutlak diperlukan oleh para pemuda Indonesia jika ingin memperoleh masa depan gemilang. Karena dengan visi itu ia akan membuat langkah-langkah yang sistematis tidak asala mengalir saja.

Dan yang keempat, bangsa ini memerlukan para pemuda yang memiliki karakter yang kuat, Pemuda yang memiliki kepribadian yang tidak mudah mengeluh, tidak gampang menyerah dan pantang menjadi beban bagi orang lain. Kehidupannya ia jalani dengan penuh kesederhanaan meskipun ia mampu melakukan lebih. Membangun karakter kuat itu haruslah dimulai dari sebuah kebiasaan yang positif dan mau keluar dari kondisi nyaman. Mereka yang tidak mau merubah usahanya maka akan memperoleh hasil yang sama saja dengan sebelumnya. Bagi yang memiliki kuat dalam dirinya ia akan berusaha mewujudkan cita-citanya dengan mengeluarkan seluruh kemampuan terbaiknya dan usaha yang dilakukan adalah maksimal (100%) tidak setengah-setengah. Kemauan itu terpatri dalam sanuk barinya hingga tak ada yang mampu menggoyahkan jalan kehidupannya. Karakter ini yang harus ditumbuh kembangkan kepada generasi muda Indonesia hari ini.
Diharapkan dengan menyadari keadaan Indonesia yang sedang berada dalam keterpurukan saat ini, para pemuda tergerak menjadi berpikir kritis dan bertindak solutif terhadap permasalahan Negari saat ini. Sehingga setiap detik dalam aktifitas kehidupannya menjadi sesuatu hal yang bermanfaat.

Diharapkan pula dari generasi-generasi muda yang ada saat ini sosok-sosok pemimpin bangsa Indonesia dimasa depan yang mampu mengeluarkan bangsa ini dari keterpurukan menuju bangsa yang maju akan peradaban. oleh karenanya peran serta seluruh element bangsa dalam membangun generasi muda sangat diperlukan. Pemerintah harus lebih memperhatikan masalah generasi muda, walaupun sudah ada menteri bidang kepemudaan dan olahraga yang hadir dalam kabinet Indonesia bersatu namun itu saja belum dirasakan cukup. Dibidang pendidikan pemerintah harus benar-benar memprioritaskan investasi pada pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan dan pembangunan sarana dan fasilitas pendidikan yang memadai dan berkualitas dengan cara meningkatkan anggaran di sektor pendidikan. Dan semuanya kembali kepada para pemuda lagi jika menginginkan masa depan yang gemilang maka sejak saat ini sudah harus memikirkan masa depan dan membiasakan hidup disiplin, belajar dan selalu belajar serta beribadah kepada alloh. InsyaAlloh pemuda Indonesia menjadi pemuda yang berkualitas dan masa depan Indonesia pun akan lebih baik.

Paradoks Perkembangan Islam Indonesia

Mengamati perkembangan islam di indonesia hingga hari dapat di bagi ke dalam dua kurun waktu. Pertama, era sebelum reformasi termasuk di dalamnya masa kolonialisasi, masa awal kemerdekaan dan masa orde baru. Pada masa-masa itu Islam sulit berkembang akibat proteksi yang ketat dari penguasa ditambah lemahnya kualitas SDM negeri ini kala itu. Dampaknya pemahaman masyarakat mengenai nilai-nilai keislaman pun masih jauh dari apa yang seharusnya diperlihatkan misalnya, budaya sesajen, tumbal atau sesembahan dan hal-hal yang berkaitan dengan mistik lainnya. Padahal hal-hal seperti itu adalah budaya jahiliyah yang sudah diberantas oleh Rasulullah saw dan herannya berkembang kembali di negeri ini.
Kedua, periode reformasi hingga hari ini, ditandai dengan perkembangan dibidang teknologi informasi yang begitu pesat sehingga akses dalam memperoleh pengetahuan sangat mudah dan tanpa batas. Pada keadaan ini timbul implikasi yang positif bagi masyarakat dalam mengenal islam. Dahulu sulit sekali untuk mengetahui arti kandungan ayat-ayat Al-Quran kecuali menanyakannya langsung kepada kyai yang dianggap memiliki kemampuan bahasa arab. Tetapi kini dengan kemudahan akses informasi orang cukup menuliskan saja kata kunci yang ingin ia ketahui melalui internet maka dengan segera ia akan mendapatkan respon atas pertanyaannya itu. Keadaan inilah yang memudahkan penyebaran dakwah Islam keseluruh dunia termasuk indonesia. Ditambah iklim politik yang menguntungkan pasca reformasi digulirkan yang ditandai dengan tumbangnya rezim otoriter, yang selama ini menjadi pembatas pergerakan kaum muda khususnya pergerakan Islam.
Ada dua sisi yang dapat diamati mengenai perkembangan Islam di tanah air. Kita patut mensyukuri bahwa syiar Islam telah berkembang pesat di indonesia. Sebelum tahun 90-an kita amat sulit sekali melihat perempuan-perempuan indonesia mengenakan jilbab, tetapi kini mengenakan jilbab sudah menjadi Tren sendiri dikalangan wanita indonesia baik mereka yang mengenakannya karena memahami kewajibannya atau sekedar ingin menghadirkan suasana islami di lingkungannya. Pada sisi ini setidaknya syiar Islam mengenai aurat sudah diketahui oleh masyarakat luas. Tetapi itu saja tidaklah cukup, ada sebuah paradoks yang terjadi. Disatu sisi kita senang dengan situasi progresifnya penyebaran ajaran Islam di Indonesia namun disisi lainnya dalam satu waktu yang bersamaan kita juga heran dan teriris rasanya hati ini melihat realitas yang terjadi di negeri yang mayoritas muslim terbesar di dunia ini seperti: kemiskinan, kebodohan, dan pengangguran. Keadaan seperti inilah yang mendekatkan umat Islam indonesia kepada kekufuran sehingga tidak sedikit dari rakyat indonesia yang menghalalkan segala macam cara guna memperoleh penghasilannya. Kita bisa saksikan bersama bagaimana korupsi menjadi ‘Trademark’ dari pejabat di negeri ini. Pornografi menjadi konsumsi yang meracuni moral masyarakat. Kekerasan jadi jalan akhir penyelesaian masalah, dan sekelumit permasalahan lainnya. Apa yang menyebabkan sebuah keadaan paradoks ini terjadi. Kalaulah sisi positifnya saja yang berkembang tentu kita senang menyaksikannya namun seiring dengan perkembangan nilai-nilai Islam itu umat ini juga mengalami sebuah degradasi moral yang bertentangan dengan ajaran Islam.



Penyebabnya

Pertama, Secara global, umat Islam di Indonesia selama ini masih terjebak dalam perbedaan-perbedaan yang sifatnya hanya merupakan cabang dari ajaran agama islam itu sendiri. Namun hal ini berdampak pada terpecah-belahnya ikatan persaudaraan sesama muslim. Dapat kita saksikan bagaimana kompleks atau rumitnya ulama-ulama negeri ini dalam menyepakati penentuan awal dan akhir Ramadhon. Mereka berdalih memiliki landasan dasar masing-masing, namun mereka melupakan esensi terpenting yaitu persatuan umat islam khususnya yang ada di indonesia ini.
Jika merujuk sejarah zaman para sahabat Rasullah saw dahulu. Sahabat Umar Bin Khatab telah mencontohkan bagaimana ia berani mengambil sebuah kebijakan (ijtihad) yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah saw dalam melaksanakan ibadah taraweh berjamaah di masjid. Kebijakan ini diambil setelah Umar prihatin melihat banyaknya orang-orang yang salat sendiri-sendiri (tercerai-berai) dalam satu masjid. Intinya ia menghendaki persatuan Umat ini di dahulukan tanpa menyalahi kaidah dan melawan ajaran rasul. Karena rasulullah pun selalu mengutamakan rasa persatuan (ukhuwah) diantara umatnya. Hikmah yang diambil dari peristiwa tersebut bukanlah sekedar bagaimana cara Umar ra dalam berijtihad melainkan adalah bagaimana Islam mengutamakan persatuan dan kesatuan diantara umatnya. Bagaimana masyarakat Islam bisa dibangun disuatu negara jika diantara masyarakatnya senantiasa berbeda pandangan mengenai Islam itu sendiri.
Ada persepsif yang keliru dalam memahami keanekaragaman yang ada. Masyarakat pada umumnya masih terjebak dalam memaknai bahwa perbedaan pendapat adalah merupakan rahmat dari Alloh swt ( sesuai hadist yang setelah diteliti lebih lanjut ternyata adalah hadist dhoif bahkan maudu (sesat)). Karena sesungguhnya perbedaan atau ketidaksepakatan pada hakikatnya tidak akan pernah membuat umat ini maju, malah sebaliknya akan membuat umat ini menjadi tercerai-berai. Perbedaan dalam menentukan hal yang sangat vital seperti menentukan awal dan akhir ramadhon janganlah pernah ditolerir atau dibiarkan melainkan harus disegerakan dalam menemukan titik temunya.
Penyebab Kedua, yang masih satu keterkaitan dengan hal sebelumnya. Yaitu masalah terbesar yang terjadi di indonesia sampai saat ini adalah masalah kepemimpinan. Sejak dahulu bangsa ini sulit sekali menemukan pemimpin yang memiliki karakter keislaman yang kuat (profetik), mempunyai integritas yang tinggi terhadap bangsa dan agamanya serta tidak mengharapkan pamrih apalagi sekedar ucapan terima kasih. Bayangkan dengan populasi 80% lebih kaum muslimin di indonesia saat ini seharusnya kita sudah memiliki pemimpin berakhlakul karimah yang menyediakan 100% waktu, tenaga dan pikirannya untuk mengurusi rakyatnya, bukan dirinya, keluarganya atau golonganya saja. Paradigma yang berkembang adalah pejabat, anggota dewan, menteri hingga Presiden atau beragam wujud kepemimpinan lainnya diposisikan kedudukannya berada diatas derajat rakyat biasa. Mereka hidup diatas kemewahan fasilitas negara dan berjalan dengan kesombongan diatas pajak rakyatnya. Mereka inginnya di service lebih. Seharusnya yang dimaksud dengan pemimpin adalah pelayan bagi rakyatnya. Memimpin sama dengan melayani, bukan dilayani.
Faktor kepemimpinan ini yang harus segera dibenahi, karena permasalahan kepemimpinan mempunyai peranan strategis sebagai penentu sekaligus eksekutor sebuah kebijakan yang langsung berdampak pada kehidupan masyarakat. Karena itu masyarakat kini diharapkan memiliki kecerdasan dalam menentukan pemimpinannya baik di tingkat RT, RW hingga kepada Presiden dan para anggota Dewan. Dan disinilah peranan umat islam indonesia dapat dimunculkan, karena umat harus selektif dalam memilih, pemimpin mana yang amanah, jujur dan mampu mengelola negeri ini. Jangan sampai umat islam hanya dijadikan komoditas politik saja dalam menggumpulkan dukungan atau suaranya.
Umat islam indonesia harus segera bangkit dari keterpurukan ini dengan memperbaiki kualitas sumber daya manusianya. Umat islam harus cerdas dalam memahami ajaran yang dibawakan oleh rasullullah saw, jangan lagi kita terjebak dalam permasalahan-permasalahan sepele namun berdampak kerugian yang besar. Dan pada akhirnya umat ini mampu memilih pemimpin yang profetik bagi negeri ini dan membawa negara ini kepada peradaban maju dunia.

Sunday, September 30, 2007

Korporatokrasi Tren Baru Kekuasaan

Politik tanpa didukung finansial yang kuat akan menjadi kekuatan yang lumpuh dan sebaliknya finansial tak akan berkembang jika jauh dari kekuasaan. Mengutip pendapat sosiolog politik Amerika Serikat Barrington Moore Jr dalam bukunya Social Origins of Dictatorship and Democracy (1966) menulis sebuah pernyataan menarik, ”No bourgeoisie, no democracy”. Dan dimaknai Demokrasi bakal tumbuh dan berkembang jika kelas borjuis menjadi kuat dan aktif dalam proses demokratisasi. Berangkat dari doktrin ini akhir-akhir ini banyak pengusaha yang terjung kedunia politik. Pertanyaan yang kemudian timbul adalah apakah dampak atau pengaruh yang akan ditimbulkan dari masuknya pengusaha ke dalam dunia politik atau diistilahkan dengan era korporatokrasi di Indonesia ini?

Diantara pengamat politik saling bertentangan berpendapat, ada yang menganggap korporatokrasi ini dengan optimisme positif dan tidak sedikit juga yang mengecam masuknya pengusaha ke ranah politik. Sisi baik dari masuknya pengusaha ke dunia politik diharapkan akan menumbuhkan jiwa entrepreneur atau kemandirian dalam membangun perekonomian wilayah yang dipimpinnya, seperti yang dilakukan oleh gubernur Gorontalo Fadel Muhammad. Sementara kekhawatiran negatif muncul bila pengusaha hanya menjadikan kekuasaan sebagai alat memperluas dan melanggengkan usaha-usaha yang dijalaninya dengan melakukan praktek KKN.

Dalam struktur kekuatan politik Indonesia setidaknya ada empat pilar utama; presiden (pemerintahan/birokrasi), parlemen (manifestasi kekuatan partai politik), pengusaha (modal), dan militer. Sebuah rezim otoritarian akan terbentuk jika empat pilar ini dapat disatukan dalam satu tangan. Presiden Soeharto berhasil melakukan monopoli kekuasaan tersebut hingga dapat bertahan selama 32 tahun. Pada saat keempatnya lepas atau terpecah belah, rezim tersebut pun tumbang. Di pengujung kekuasaannya Presiden Soeharto menghadapi bubarnya kabinet karena sebagian besar menteri mengundurkan diri, DPR menarik diri dan memintanya mundur, para pengusaha melarikan uang ke luar negeri, dan militer terbelah dalam konflik internal.

Kekuatan yang ada dalam politik Indonesia saat ini sebenarnya cukup memenuhi empat pilar tersebut dimana Presiden SBY berasal dari kalangan militer dan lebih dekat dengan birokrasi, sementara wakilnya Jusuf Kalla memegang dua pilar lainnya yaitu sebagai ketua parpol dan juga pengusaha. Dengan konfigurasi ini sebenarnya Indonesia berada dalam kondisi ideal untuk membangun negeri ini. Karena gesekan yang ada cenderung sedikit dan mampu menyatukan semua pilar yang ada. Walau terkadang Conflict of interst itu muncul namun tidak terlalu mengancam keberlangsungan pemerintahan.

Dalam memandang tren korporatokrasi ini diperlukan sikap yang bijak dari semua pihak. Pengusaha yang masuk ke domain politik bukan-lah suatu hal yang menakutkan, justru akan menimbulkan dampak positif bagi perkembangan politik itu sendiri dengan adanya kemandirian di sisi finansial. Namun perlu diingat bahwa pengusaha yang sudah menjadi pejabat publik sekarang, mereka sudah menjadi milik publik. Karena itu sudah seharusnya mereka memikirkan melayani rakyatnya sekarang dan meninggalkan atau menyerahkan usahanya ke orang kepercayaannya, agar tidak tercampur-aduk dalam satu kepemimpinan. Sikap profesionalisme pegusaha yang kini menjadi penguasa itu sendiri yang kini dituntut lebih dimunculkan melalui kebijakan yang menguntungkan masyarakat, untuk menepis tudingan miring kalangan yang memandang negative munculnya pengusaha-pengusaha ke dunia politik.

Monday, August 20, 2007

Menghargai Sebuah Perjuangan


Bangsa ini telah berusia 62 tahun sejak proklamasi di bacakan. Sejak itu pula indonesia telah menjadi negara yang berdaulat dan menjadi entitas peradaban dunia. Kini sudahkah rakyat indonesia dapat meneruskan perjuangan para pahlawan kemerdekaan dengan semestinya?
Sungguh suatu pelajaran yang patut ditiru oleh seluruh rakyat indonesia adalah bagaimana cara para pahlawan di masa lalu berjuang membebaskan tanah air dari belenggu penjajahan bangsa asing, Mereka rela mengorbankan segala yang mereka punyai guna melihat anak-cucu mereka kelak dapat menghirup udara kemerdekaan dan tidak berada dalam hari-hari yang penuh penindasan seperti yang mereka rasakan, meskipun harus dibayar dengan harga sebuah kematian.
"Merdeka!!! atau Mati!!! itulah kumandang dan semangat yang senantiasa mengiringi derap langkah para pejuang kemerdekaan dalam membebaskan negeri ini. Pemaknaan jihad yang sesungguhnya telah dicontohkan para pejuang ketika bergerak bersama melawan penjajahan dan penindasan terhadap tanah air indonesia. Itulah jihad yang benar,tepat dan sesungguhnya yang harus diteladani oleh generasi pewaris negeri ini.
Pemaknaan perjuangan terhadap negara haruslah diartikan adanya sebuah ketulusan dari hati untuk bersungguh-sungguh membela dan memperjuangkan nasib rakyatnya kearah kebaikan. Jika perjuangan oleh pejuang dahulu dilakukan untuk memerdekaan negeri ini, maka kini perjuangan adalah membawa indonesia yang sudah merdeka menjadi negara yang mampu mengantarkan rakyatnya kepada keadaan sejahtera. Pejuang masa kini adalah mereka-mereka yang meduduki posisi strategis dalam kepemimpinan di Indonesia. Mereka adalah para politikus, kepala pemerintahan, anggota dewan, hakim, jaksa, polisi, Advokat, TNI, ekonom, bankir, dan berbagai bidang lainnya. Merekalah para penerus perjuangan masa kini.
Kita tidak dapat menutup mata mengenai kondisi indonesia hari ini. Dalam pergaulan internasional kita tidaklah dapat berbuat banyak dan posisi tawar kita saat ini sangat lemah dibandingkan generasi awal kemerdekaan, dahulu kita mampu menjadi salah satu pendiri gerakan non-blok namun lihatlah kini bagaimana maskapai penerbangan terbaik milik kita dilarang terbang di kawasan eropa. Di wilayah asia pun Cina berani mengeluarkan kebijakan larangan mengimpor produk yang berasal dari indonesia, padahal dalam posisi yang sama barang-barang cina membanjiri pasar indonesia dan kita tidak mengaggapnya sebagai sesuatu yang mengancam keberlangsungan produk-produk dalam negeri. Bahkan untuk kawasan Asean pun kita sudah tidak “segarang” seperti diawal pendiriannya. Singapura yang hanya seluas 581,5 km2 telah berani meluaskan wilayahnya hingga 699,3 km2 dimana perluasaan itu berasal dari pasir laut kepulauan kita dan kembali pemimpin negeri ini menggapnya sebagai sesuatu yang tidak membahayakan kedaulatan negeri ini.
Jikalau para pejuang kemerdekaan itu masih hidup ditengah-tengah kita saat ini tentulah mereka akan mengecam dan menyalahkan keadaan indonesia hari ini dan masa datang kepada kita. Kemana para generasi penerus bangsa ini, kemana para pemuda-pemudi negeri ini, mana karya-mu, mana prestasi-mu?

Belajar dari sejarah negara lain
Permasalahan fundamental bangsa ini ada pada sisi karakteristik masyarakatnya secara umum yang pada akhirnya melembaga pada tataran institusi suprapolitik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Rakyat Indonesia mulai kehilangan rasa nasionalisme dan sikap patriotisme terhadap negaranya. Dapat dikatakan kini masyarakat kita sudah mengarah kepada individual-liberalis. Sebagaimana sering kita saksikan orang-orang Indonesia saat ini lebih mengutamakan terpenuhinya kehidupan pribadi mereka terlebih dahulu tanpa memperhatikan keadaan sekitarnya, apalagi terhadap permasalahan negaranya. Belum lagi ditambah problematika kedisiplinan dan etos kerja rendah yang melekat di dalam masyarakat kita pada umumnya. Ini adalah karakter yang harus dirubah dan diperbaiki oleh insan-insan negeri ini.
Menarik model pembelajaran dari negara-negara asia timur seperti Jepang, Korea Selatan, dan Cina. Ketiganya mempunyai ciri-ciri yang hampir sama dengan indonesia. Jika Jepang dan Korea adalah contoh kebangkitan sebuah negara yang dahulu hancur karena perang lalu mereka bertekad membangun negaranya dengan meningkatkan kualitas pendidikan rakyatnya dan menumbuhkan karakter semangat, disiplin, bekerja keras yang oleh mereka diwarisi turun-menurun kesetiap generasi hingga saat ini. Kalau-lah selama ini negara kita selalu beralasan bahwasanya tidaklah mudah mengurus penduduk yang jumlahnya ratusan juta jiwa, tentu seharusnya kita malu mengatakan hal itu karena Cina yang berpenduduk jauh berlipat ganda dari kita mampu membuktikan bahwa besarnya jumlah penduduk bukanlah menjadi hambatan malahan itu dapat dijadikan sebagai salah satu potensi yang luar biasa dalam membangun SDM Strategis.
Negara-negara asia timur tersebut mampu belajar dari sejarah dan perjuangan pendahulu-pendahulunya dalam membangun negeri mereka. Semangat menghargai perjuangan para pahlawan itu yang kini mulai luntur di sanuk-bari para pemimpin negeri ini dalam membawa indonesia kearah kejayaan. Kita bukanlah bangsa yang bodoh dan tidak bisa sejajar dengan Jepang, Korea dan Cina dalam hal pengetahuan, hanya saja mental dan karakter kita yang jauh tertinggal dengan mereka.
Disaat momentum perayaan HUT RI ke-62 ini sudah seharusnya kita peringati dengan melakukan intropeksi dan evaluasi, sudah sejauh mana kita meneruskan perjuangan para pahlawan dan menghargai pengorbanan mereka untuk kita jadikan dasar semangat untuk memperbaiki dan berkontribusi bagi pembangunan negeri ini kearah kemakmuran dan kesejahteraan untuk seluruh rakyatnya. Peranan pemimpin di berbagai sektor strategis amatlah menentukan arah perjalanan indonesia kedepan. Karenanya kita harus selalu menumbuhkan sikap kepahlawanan dan semangat berjuang.

Tuesday, July 3, 2007

For my Mom

Happy Birthday...

Sosok yang penuh kasih sayang, penyabar, pemotivasi, pekerja keras dan cerdas, ibu yang sangat memperhatikan setiap pertumbuhan anak-anaknya, tiap hari, jam bahkan detik.

aku ingat begitu banyak perhatian yang beliau curahkan untuk perkembangan diriku hingga aku bisa kuliah saat ini. beliau yang mengajariku membaca al-quran,menghitung, mengetahui banyak istilah di dunia ini.

kenangan ku begitu indah bersamanya...sejak kecil aku selalu dimanja olehnya,, ia tidak ingin melihatku menderita, disakiti dan menjadi orang yang biasa saja di masa yang akan datang. "De, mamah ingin kelak ade jadi orang yang sholeh, bahagia dan sukses dunia dan akhirat". mungkin perkataan itu merupakan hal yang biasa terlontar dari lisan tiap ibu kepada anaknya, tapi lain bagiku, karena beliau mengucapkannya dengan penuh ketulusan dan aku percaya itu... karena beliau megucapkannya disertai dengan Doa dalam setiap shalatnya,,disaat kebanyakan manusia sedang tertidur lelap..

beliau yang selalu mengingatkanku tentang visi hidup seorang manusia dalam berkelana didunia. beliau-lah yang menyertai keberhasilanku lolos SPMB kala itu, karena apapun yang terjadi Ia menginginkan anak-anaknya menjadi orang-orang yang kelak menjadi pemimpin negeri ini, ia ingin visinya itu tercapai..karena itu Ia ingin aku menjadi orang yang sangat terdidik dan terpelajar. "berapapun biayanya agar mamah usahakan, kamu tidak usah khawatir".

kini aku berada di bandung dan engkau di tangerang... kecupan-mu ke keningku akan selalu kuingat dalam setiap langkahku dalam meraih kesuksesan pencapaian cita-cita...

Selamat Ulang Tahun Mah, semoga Alloh senantiasa menjaga, merawat, menyayangi dan memberkahi usiamu.

Aku berjanji, mamah akan melihatku merealisasikan kesuksesan itu, menjadi manusia yang bermanfaat dan pemimpin orang-orang bertaqwa. Amin...

Saturday, June 9, 2007

Kuatkan Kemauan

bete, kesal dan sakit kepala ini rasanya...
tercampur aduk semua kekecewaan dihati dan pikiran
manakala semua jadwal yang telah tersusun gagal dilaksanakan, sebagian bahkan seluruhnya...
rencana itu hilang dilewati waktu begitu saja dan akhirnya selalu kita
mengkambing-hitamkan keadaan, kondisi saat itu yang dirasa sulit,
bahkan tidak segan tuk menyalahkan rekan2 yang bersama, mengapa mereka tidak mendukung terealisasinya rencana itu, mengapa, mengapa...
sebenarnya kegagalan itu bukan timbul dari luar diri kita, melainkan adalah seberapa kuat kemauan kita untuk mewujudkan rencana itu menjadi kenyataan
pemimpin yang kuat adalah yang paling kuat merealisasikan kemauannya sehingga ia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama mewujudkan kemauannya itu menjadi sebuah kenyataan.
Alloh tidak akan merubah keadaan suatu kaum hingga ia merubah keadaan pada dirinya sendiri...

Monday, April 2, 2007

Politik Peradilan

Kenapa peradilan yang disinggung?? Bukankah ada lembaga lain sebut kepolisian, kejaksaan, dan para advokat yang mempunyai peranan penting dalam penegakan hukum di Indonesia?? Benar ,, maksud peradilan diatas ialah sebuah sistematika proses perkara hukum,, mulai dari pengaduan, peyelidikan, penyidikan, penuntutan, sampai persidangan yang memutuskan seseorang itu salah atau benar dan menang atau kalah, guna tercapainya sebuah keadilan. Dalam prosesnya tentulah melibatkan para penegak hukum seperti yang disebutkan diawal tadi.

Image negatif memang pantas melekat pada system hukum di negara kita,, bagaimana tidak…jika peredaran miras, perjudian, pornografi termasuk transaksi sex selalu mendapat backing dari aparat kepolisian, dan para penjahat (pejabat jahat/koruptor) meminta perlindungan para advokat/pengacara hebat jikalau dirinya ketahuan berbuat korupsi,, kalau pun masuk pengadilan keputusannya (vonnisment) di dapat diatur ritme permainannya apakah diputuskan bersalah atau dibebaskan, tergantung seberapa kuat terdakwa tersebut baik secara materil maupaun posisi politiknya. Tidaklah salah ada istilah “KUHP” (kasih uang habis perkara) di negeri kita. Maka tak heranlah banyak orang yang skeptis terhadap penegakan hukum dinegeri ini.

Pengaruh politik…

Ada kaitan apa hukum dengan politik?? Kalau kita berpikir cermat antara hukum dan politik di negara kita seperti dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan,, maksudnya ialah para pejabat negara yang bertugas di bidang hukum mulai dari menteri hukum, kapolri, jaksa agung adalah orang-orang yang diangkat oleh presiden, sedangkan presiden dipilih melalui sebuah proses politik bahkan pemerintahan yang dibentuk presiden merupakan hasil dari “sharing politic” (pembagian kekuasaan),, sehingga mau tidak mau orang yang dipilih itu harus menuruti keinginan orang yang memilihnya,, lihatlah bagaimana Wapres kita yang juga merangkap jabatan sebagai ketua umum partai Golkar. Jika melihat kabinet Indonesia bersatu juga sama, dipenuhi oleh orang-orang hasil pembagian kekuasaan politik (sharing power) katanya sih agar terjadi keseimbangan agar tak banyak yang kritik. Pada akhirnya jikalau ada suatu proses/kejadian hukum yang melibatkan para anggota dari partai mereka maka spontan rasa solideritas para pejabat negara itu pun muncul untuk membantu rekan mereka. Caranya dengan memberikan tekanan politik pada eksekutif dan yudikatif.

Lihatlah bagaimana proses peradilan terhadap akbar tanjung yang saat itu menjabat ketua umum partai Golkar dimana pengadilan negeri dan tinggi menyatakan Ia bersalah dan akhirnya dibebaskan di tingkat kasasi ini adalah contoh pengaruh politik di dalam negeri, selain itu ada lagi yang lebih menakutkan yaitu pengaruh politik luar negeri negara asing contohnya bagaimana hegemoni Amerika Serikat dapat memaksakan ustadz Abu Bakar Ba’asyir mendekam di penjara dengan mengesampingkan asas “Presumption of Innocent” atau praduga bersalah atas dakwaan pelaku teroris yang sebenarnya tidak dapat dibuktikan bersalah secara hukum. Dan sebenarnya masih banyak sekali perkara hukum yang diintervensi oleh kekuatan politik di negeri ini.

Pengaruh uang…

Siapa yang tidak tertarik dengan uang, bahkan idealisme dan keyakinan seseorang pun dapat dibeli dengan uang,, memang terdengar abstrak jika berbicara tentang uang tapi bila seseorang langsung disodorkan cek senilai milyaran rupiah…sulit rasanya untuk menolak…

Hal seperti itulah nampaknya yang juga terjadi dalam peradilan di negeri ini,, istilah “UUD” (ujung-ujung duit) sudah tidak asing lagi bagi orang yang ber-perkara baik untuk si penggugat ataupun tergugat,, sehingga yang paling besar bayaran atau uangnya-lah yang memenangkan perkara yang menyebabkan rusaknya peradilan di Indonesia.

Sulit memang membuktikan bagaimana si tersangka mensuap si penegak hukum,, lihat bagaimana pengacara Abdullah Puteh menyuap Panitera dan hakim di kejaksaan tinggi Jakarta. Itu baru yang ketahuan…. Apalagi yang tidak ketahuan yah……

Mengapa ini semua bisa terjadi…

pertama, ialah memang system hukum di Negeri kita adalah system peninggalan kolonialisme yang pada mulanya berasal dari “Code Penal” atau hukum pidana Prancis yang saat itu dipimpin oleh Napoleon Bona Parte dan kemudian Prancis berhasil menaklukan Belanda sehingga Belanda menerapkan pula hukum pidana tersebut dan pada saat yang sama Belanda sedang menjajah Indonesia sehingga dengan asas “Concordansi” atau istilah komputer-nya ialah “copy paste” Indonesia pun terpaksa ikut menerapkan hukum pidana dari negeri Belanda tersebut. Intinya adalah hukum yang dibuat sejak jaman kolonialisme itu hingga kini adalah hukum yang berasal dari akal pikiran manusia yang sangat-lah tamak akan uang dan harta sehingga hukum itu hanya –lah melindungi kepentingan penguasa/penjajah dan si pemilik modal/uang. Hukum dari sebuah kesepakatan kaum elit, bukan mencerminkan kehendak masyarakat. dan sayangnya sampai saat ini hukum itu masih seperti itu adanya.

Permasalahan kedua, adalah masalah sumber daya manusia-nya dalam hal ini adalah si penegak hukumnya itu,, baik saat perekrutan maupun kualitas pembinaan para calon penegak hukum itu sendiri. Penulis kebetulan saat ini sedang studi di fakultas hukum,, penulis lihat hampir seluruh Universitas baik negeri maupun swasta pastilah ada jurusan hukum-nya dengan jumlah siswa yang sangat banyak dibandingkan jurusan eksakta atau ilmu sosial lainnya. Hal ini karena adanya asumsi dari masyarakat bahwa belajar hukum itu mudah dan ketika seseorang berhasil ber-acara atau menjadi pengacara/advokat ia akan memperoleh penghasilan yang berlimpah. Penulis tidak dapat membantah hal tersebut karena memanglah benar saat ini keadaannya. Dilain sisi dalam perekrutan anggota kepolisian misalnya dimana seseorang haruslah mengeluarkan dana puluhan juta rupiah untuk menjadi seorang bintara saja. Sehingga dengan realitas seperti itu mereka yang masuk lewat cara yang tercela akan berpikiran tercela pula,, sehingga timbulan tindakan suap menyuap dikalangan aparat mulai Jendral sampai Kacung untuk memperkaya diri-nya. Sekali lagi perekrutan dan pembinaan saat ini menyebabkan orang berpikir hukum itu dapat dipermainkan.

Optimis…

Sebagai rakyat Indonesia yang memegang teguh nilai-nilai Islam kita tidaklah boleh pesimis dan apreori negative dalam memandang masa depan sehingga menimbulkan sikap beramai-ramai menjustifikasi bahwa orang hukum ialah orang kotor dan politik adalah kejam. Sehingga banyak orang Phobia dengan Hukum dan Politik. Justru penulis mengajak kita semua untuk belajar dan menggali hukum dan politik itu terutama dalam bingkai Islam. Karena agama kita adalah agama yang mengajarkan aturan yang Komprehensif mulai dari bidang Aqidah, Akhlaq, Ekonomi, Hukum, Politik dan segala aspek dalam kehidupan ini sehingga salah-lah mereka yang menganggap bahwa agama hanya-lah Ibadah saja.

Saudaraku ingatlah bagaimana Khalifah Umar bin Khatab berlaku adil terhadap seorang Yahudi dalam kasus sengketa tanah. Dan juga Ali bin Abi Thalib yang lapang dada ketika kalah dipengadilan dengan seorang Yahudi yang telah mengambil pakaian perangnya karena ia tidak dapat membuktikan si Yahudi bersalah telah mencuri pakaian itu dari dirinya.

Itulah Islam yang sesungguhnya ketika Bumi ini di atur oleh aturan Islam pastilah penghuni-nya akan merasakan Keadilan dan Kesejahteraan.

“Mari saudaraku kita berperan aktif dalam membangun negeri ini, kita harus mempunyai daya kritis dan kepekaan terhadap permasalahan di negeri ini, kita buktikan pada diri kita dan orang lain bahwa hanya Islam-lah yang dapat membawa keadilan dan solusi dari kemiskinan, kebodohan, kelaparan dan ketamakan akan kekuasaan di negeri kita ini…”
Wallahu a’lam ashawaf