Friday, October 26, 2007

Pemuda Harapan Indonesia

“Pemuda adalah tulang punggung Negara. Karena itu masa depan negeri ini amat tergantung padanya. Jika ia tumbuh dan berkembang dengan baik maka bangsa ini pun kelak menjadi bangsa yang maju peradabannya dan sebaliknya jika ia tidak mampu berkembang akan habislah peradaban di negeri ini.”


Di berbagai media massa baik itu elektronik maupun cetak banyak program yang sengaja dibuat dengan mengambil segmentasi kaula muda. Sosok pemuda merupakan icon yang memiliki nilai komersial tinggi dikarenakan senantiasa energik, lincah dan kreatif serta sedang berada dalam fase fisik kesempurnaannya. Pemuda selalu memiliki kekhasan dalam karakternya yang bersifat dinamis, mudah belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya, itulah sekiranya yang membedakan generasi muda dengan generasi se-zaman lainnya. Sosok-sosok pemuda yang sering dimunculkan pada media khususnya televisi adalah figur-figur yang mudah bergaul, modis, glamor,dan memilki pesona wajah yang indah untuk dilihat. Kehidupannya pun lurus-lurus dan lancar saja tanpa ada kendala apalagi halang rintang, hari-harinya dipenuhi dengan senang-senang dan bercanda dengan sesamanya. Seolah-olah apa yang dimunculkan kepada mayarakat luas adalah mencerminkan kehidupan riil dari kaula muda di Indonesia, apakah benar seperti itu keadaannya? Atau generasi muda Indonesia hanya dijadikan komoditas industri hiburan (entertainment). Karena dalam teori marketing dunia hiburan, jika ingin mendapatkan rating yang tinggi dari masyarakat maka produk itu haruslah mampu membangkitkan alam khayal dari apa yang di impikan manusia pada umumnya yaitu kemewahan, popularitas dan pasangan yang sejuk dipandang.

Kontribusi pemuda dalam membangun negeri ini mempunyai dampak yang signifikan. Bangsa ini memerlukan bahan bakar yang ekstra agar dapat memobilisasi penduduknya agar mau bangkit, bergerak dan selalu berusaha membangun diri, keluarga, masyarakat dan negaranya. Bahan bakar itu adalah para pemuda yang memiliki energi yang luar biasa dan semangat pantang menyerah. Oleh karena itu yang perlu ditonjolkan adalah sosok-sosok pemuda sebagai pejuang dan pahlawan sejati yang senantiasa belajar dan bekerja keras. Bukan sekedar pejuang untuk sebuah ‘cinta gombal’ dan bukan pejuang yang hanya bisa becanda dan foya-foya saja, seperti yang biasa kita liat selama ini.

Dalam sejarah kebangkitan Indonesia menuju negara yang merdeka dari penjajahan, dapat kita saksikan tokoh-tokoh pemuda mampu melakukan sebuah perjuangan yang luar biasa. Tokoh-tokoh pemuda kala itu mampu beraliansi atau menyatukan diri dengan pemuda-pemuda di daerah lainnya dalam sumpah pemuda sebagai upaya mempersatukan bangsa ini. Meskipun mereka dipisahkan oleh suku, agama dan bahasa, tetapi itu bukanlah penghalang. Dapat kita saksikan pula bagaimana seorang Soekarno mampu menjadi proklamator sekaligus pemimpin di negeri ini ketika beliau masih berusia muda. Kita tentu ingat perkataan beliau “Berikan padaku lima orang pemuda, niscaya aku akan mengubah dunia”. Disinilah letak keyakinan bahwa pemuda memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi pilar-pilar pembangunan sebuah negara. Jika para generasi muda itu dipersiapkan dengan pembinaan yang membuatnya tumbuh besar maka ia kelak akan menjadi insan-insan pengukir prestasi dalam sejarah peradaban negeri ini, sebaliknya jika ia diperlakukan biasa saja bahkan dibuat tidak pernah berpikir mandiri maka ia hanya akan membebani bangsa ini.

Waktu terus berjalan dan tak akan dapat terulang lagi. Hanya sejarahlah yang dapat dimintai bantuannya sebagai petunjuk agar kesalahan lalu tidak terulang kembali. Perkembangan akan nilai-nilai kehidupan, kemajuan teknologi dan pemikiran manusia pun tumbuh dengan pesatnya. Kita saksikan bagaimana teknologi mampu membuat dunia ini menjadi tanpa hambatan jarak dan batas. Ditambah eskalasi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi begitu cepat mengalami pembaharuan. Ditengah-tengah kemajuan teknologi dan peradaban dunia saat ini kondisi Negara kita sedang berada dalam level yang menyedihkan. Keterpurukan di berbagai sektor vital menghinggapi negeri ini, krisis di bidang politik, hukum, ekonomi hingga permasalahan moral pun menimpa bangsa yang mengaku sebagai negara yang beragama ini. Di negeri ini banyak orang yang lahir, tumbuh sampai ia mati tak pernah sedikit pun ia merasakan kehidupan dan pekerjaan yang layak baginya. Hasil survei angkatan kerja nasional Februari 2007 mencatat, jumlah penganggur di Tanah Air sebanyak 10,55 juta orang, atau sekitar 9,75 persen, dan sebanyak 740.206 orang, atau sekitar 7,02 persen tercatat sebagai penganggur dari kalangan yang mengenyam pendidikan tinggi. Dengan data yang cukup menyedihkan itu seharusnya para pemuda di negeri ini merasa prihatin dan was-was akan masa depan mereka. Tetapi apa yang terjadi dilapangan? Banyak dari para pemuda di negeri ini tidak punya orientasi yang jelas mengenai visi hidupnya. Bagaimana dapat kita saksikan generasi muda saat ini menjadi korban dari era globalisasi atau budaya negative dunia barat (victim globalization) yang sarat akan kehidupan hedonis (keduniawian), pakaian yang menampakan aurat, pergaulan bebas, dan lainnya.

Jika melihat keadaan para pemuda Indonesia saat ini rasa-rasanya sulit bagi kita untuk mengidamkan Negeri ini menjadi pemimpin peradaban di dunia ini seperti yang dialami oleh amerika dan jepang hari ini. Mustahil mendapatkan hasil yang yang lebih baik dengan usaha yang sama dengan sebelumnya. Untuk mengetahui bagaimana keadaan suatu Negara di masa depan maka lihatlah kehidupan para pemudanya masa kini. Dan indikator lainnya adalah content atau program acara apa yang diberikan media kepada generasi mudanya.

Tapi kita tidak boleh pesimis melihat kondisi generasi muda Indonesia pada umumnya, karena tidak sedikit pemuda-pemudi di negeri ini yang mau berjuang dan berusaha untuk membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik lagi. Sebagian dari pemuda itu adalah para pelajar dan mahasiswa yang sedang menempuh studi di dalam ataupun luar negeri. Mereka tidak mudah terpikat oleh gemerlap kenikmatan sesaat dunia. Waktu sangatlah berharga bagi dirinya. Sehingga setiap kesempatan yang dimiliknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena mereka memilki keyakinan bahwa masa depan adalah investasi hari ini.


Mewujudkan Asa Masa Depan

Sekiranya ada empat kriteria sosok pemuda yang menjadi harapan bagi masa depan Indonesia yaitu, pertama, ia harus berjiwa spiritualis. Maksudnya, setiap tingkah lakunya di jalankan dengan penuh kehati-hatian dan ketaqwaan kepada sang pencipta. Ia tidak berani menyia-nyiakan masa mudanya dengan aktivitas keduniawian yang melalaikan. Ia menyadari dirinya telah dianugerahi akal yang luar biasa untuk berpikir sehingga selalu memberdayakan akal itu menjadi sebuah kreatifitas yang berwujud karya dan prestasi. Rasa syukur atas nikmat Tuhan itu yang selalu mengiringi langkahnya. Sikap spiritualis merupakan pondasi dasar dari kepribadian manusia. Pemuda-pemuda Indonesia haruslah memiliki pondasi dasar itu, yaitu berupa kepribadian yang taqwa, santun dan bersahabat.

Yang kedua, seorang pemuda haruslah memiliki kapasitas intelektualitas yang tinggi yang mampu memiliki daya saing dengan pemuda lainnya terlebih dengan bangsa lain. Hari-harinya dipenuhi dengan aktifitas mencari ilmu, ia tidak pernah terpuaskan dengan apa yang diperolehnya hari ini. Bahkan ia merasa dirinya masih sangat kekurangan ilmu, sehingga ia selalu mencari jalan bagaimana agar dirinya memperoleh pengetahuan baru tiap harinya. Oleh karena itu perbaikan dan pembangunan sektor pendidikan di negeri ini harus di prioritaskan agar sumber daya manusia kita kelak menjadi SDM-SDM yang professional, sesuai bidang keilmuannya dan memiliki kemampuan membawa bangsa dan Negara ini ke arah peradaban teknologi dunia.

Ketiga, untuk membangun indonesia kearah yang lebih baik dan bermatabat, maka yang diperlukan bangsa ini ialah pemuda-pemuda yang berpikir visioner atau mau berpikir jauh ke arah masa depan, ia mampu menjadi pionir bagi pemuda-pemuda lain dalam bergerak. Dalam berinteraksi dengan lingkungannya senantiasa memiliki ide-ide inovatif dan brilian untuk diterapkan. Ilmu yang dimilikinya membuat ia mampu berpikir strategis merencanakan masa depannya. Ia tidak terjebak oleh baying-bayang masa lalunya, dengan segera ia menjadikan masa lalu sebagai pelajaran berharga yang tidak akan terulang kembali olehnya. Visi hidup mutlak diperlukan oleh para pemuda Indonesia jika ingin memperoleh masa depan gemilang. Karena dengan visi itu ia akan membuat langkah-langkah yang sistematis tidak asala mengalir saja.

Dan yang keempat, bangsa ini memerlukan para pemuda yang memiliki karakter yang kuat, Pemuda yang memiliki kepribadian yang tidak mudah mengeluh, tidak gampang menyerah dan pantang menjadi beban bagi orang lain. Kehidupannya ia jalani dengan penuh kesederhanaan meskipun ia mampu melakukan lebih. Membangun karakter kuat itu haruslah dimulai dari sebuah kebiasaan yang positif dan mau keluar dari kondisi nyaman. Mereka yang tidak mau merubah usahanya maka akan memperoleh hasil yang sama saja dengan sebelumnya. Bagi yang memiliki kuat dalam dirinya ia akan berusaha mewujudkan cita-citanya dengan mengeluarkan seluruh kemampuan terbaiknya dan usaha yang dilakukan adalah maksimal (100%) tidak setengah-setengah. Kemauan itu terpatri dalam sanuk barinya hingga tak ada yang mampu menggoyahkan jalan kehidupannya. Karakter ini yang harus ditumbuh kembangkan kepada generasi muda Indonesia hari ini.
Diharapkan dengan menyadari keadaan Indonesia yang sedang berada dalam keterpurukan saat ini, para pemuda tergerak menjadi berpikir kritis dan bertindak solutif terhadap permasalahan Negari saat ini. Sehingga setiap detik dalam aktifitas kehidupannya menjadi sesuatu hal yang bermanfaat.

Diharapkan pula dari generasi-generasi muda yang ada saat ini sosok-sosok pemimpin bangsa Indonesia dimasa depan yang mampu mengeluarkan bangsa ini dari keterpurukan menuju bangsa yang maju akan peradaban. oleh karenanya peran serta seluruh element bangsa dalam membangun generasi muda sangat diperlukan. Pemerintah harus lebih memperhatikan masalah generasi muda, walaupun sudah ada menteri bidang kepemudaan dan olahraga yang hadir dalam kabinet Indonesia bersatu namun itu saja belum dirasakan cukup. Dibidang pendidikan pemerintah harus benar-benar memprioritaskan investasi pada pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan dan pembangunan sarana dan fasilitas pendidikan yang memadai dan berkualitas dengan cara meningkatkan anggaran di sektor pendidikan. Dan semuanya kembali kepada para pemuda lagi jika menginginkan masa depan yang gemilang maka sejak saat ini sudah harus memikirkan masa depan dan membiasakan hidup disiplin, belajar dan selalu belajar serta beribadah kepada alloh. InsyaAlloh pemuda Indonesia menjadi pemuda yang berkualitas dan masa depan Indonesia pun akan lebih baik.

Paradoks Perkembangan Islam Indonesia

Mengamati perkembangan islam di indonesia hingga hari dapat di bagi ke dalam dua kurun waktu. Pertama, era sebelum reformasi termasuk di dalamnya masa kolonialisasi, masa awal kemerdekaan dan masa orde baru. Pada masa-masa itu Islam sulit berkembang akibat proteksi yang ketat dari penguasa ditambah lemahnya kualitas SDM negeri ini kala itu. Dampaknya pemahaman masyarakat mengenai nilai-nilai keislaman pun masih jauh dari apa yang seharusnya diperlihatkan misalnya, budaya sesajen, tumbal atau sesembahan dan hal-hal yang berkaitan dengan mistik lainnya. Padahal hal-hal seperti itu adalah budaya jahiliyah yang sudah diberantas oleh Rasulullah saw dan herannya berkembang kembali di negeri ini.
Kedua, periode reformasi hingga hari ini, ditandai dengan perkembangan dibidang teknologi informasi yang begitu pesat sehingga akses dalam memperoleh pengetahuan sangat mudah dan tanpa batas. Pada keadaan ini timbul implikasi yang positif bagi masyarakat dalam mengenal islam. Dahulu sulit sekali untuk mengetahui arti kandungan ayat-ayat Al-Quran kecuali menanyakannya langsung kepada kyai yang dianggap memiliki kemampuan bahasa arab. Tetapi kini dengan kemudahan akses informasi orang cukup menuliskan saja kata kunci yang ingin ia ketahui melalui internet maka dengan segera ia akan mendapatkan respon atas pertanyaannya itu. Keadaan inilah yang memudahkan penyebaran dakwah Islam keseluruh dunia termasuk indonesia. Ditambah iklim politik yang menguntungkan pasca reformasi digulirkan yang ditandai dengan tumbangnya rezim otoriter, yang selama ini menjadi pembatas pergerakan kaum muda khususnya pergerakan Islam.
Ada dua sisi yang dapat diamati mengenai perkembangan Islam di tanah air. Kita patut mensyukuri bahwa syiar Islam telah berkembang pesat di indonesia. Sebelum tahun 90-an kita amat sulit sekali melihat perempuan-perempuan indonesia mengenakan jilbab, tetapi kini mengenakan jilbab sudah menjadi Tren sendiri dikalangan wanita indonesia baik mereka yang mengenakannya karena memahami kewajibannya atau sekedar ingin menghadirkan suasana islami di lingkungannya. Pada sisi ini setidaknya syiar Islam mengenai aurat sudah diketahui oleh masyarakat luas. Tetapi itu saja tidaklah cukup, ada sebuah paradoks yang terjadi. Disatu sisi kita senang dengan situasi progresifnya penyebaran ajaran Islam di Indonesia namun disisi lainnya dalam satu waktu yang bersamaan kita juga heran dan teriris rasanya hati ini melihat realitas yang terjadi di negeri yang mayoritas muslim terbesar di dunia ini seperti: kemiskinan, kebodohan, dan pengangguran. Keadaan seperti inilah yang mendekatkan umat Islam indonesia kepada kekufuran sehingga tidak sedikit dari rakyat indonesia yang menghalalkan segala macam cara guna memperoleh penghasilannya. Kita bisa saksikan bersama bagaimana korupsi menjadi ‘Trademark’ dari pejabat di negeri ini. Pornografi menjadi konsumsi yang meracuni moral masyarakat. Kekerasan jadi jalan akhir penyelesaian masalah, dan sekelumit permasalahan lainnya. Apa yang menyebabkan sebuah keadaan paradoks ini terjadi. Kalaulah sisi positifnya saja yang berkembang tentu kita senang menyaksikannya namun seiring dengan perkembangan nilai-nilai Islam itu umat ini juga mengalami sebuah degradasi moral yang bertentangan dengan ajaran Islam.



Penyebabnya

Pertama, Secara global, umat Islam di Indonesia selama ini masih terjebak dalam perbedaan-perbedaan yang sifatnya hanya merupakan cabang dari ajaran agama islam itu sendiri. Namun hal ini berdampak pada terpecah-belahnya ikatan persaudaraan sesama muslim. Dapat kita saksikan bagaimana kompleks atau rumitnya ulama-ulama negeri ini dalam menyepakati penentuan awal dan akhir Ramadhon. Mereka berdalih memiliki landasan dasar masing-masing, namun mereka melupakan esensi terpenting yaitu persatuan umat islam khususnya yang ada di indonesia ini.
Jika merujuk sejarah zaman para sahabat Rasullah saw dahulu. Sahabat Umar Bin Khatab telah mencontohkan bagaimana ia berani mengambil sebuah kebijakan (ijtihad) yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah saw dalam melaksanakan ibadah taraweh berjamaah di masjid. Kebijakan ini diambil setelah Umar prihatin melihat banyaknya orang-orang yang salat sendiri-sendiri (tercerai-berai) dalam satu masjid. Intinya ia menghendaki persatuan Umat ini di dahulukan tanpa menyalahi kaidah dan melawan ajaran rasul. Karena rasulullah pun selalu mengutamakan rasa persatuan (ukhuwah) diantara umatnya. Hikmah yang diambil dari peristiwa tersebut bukanlah sekedar bagaimana cara Umar ra dalam berijtihad melainkan adalah bagaimana Islam mengutamakan persatuan dan kesatuan diantara umatnya. Bagaimana masyarakat Islam bisa dibangun disuatu negara jika diantara masyarakatnya senantiasa berbeda pandangan mengenai Islam itu sendiri.
Ada persepsif yang keliru dalam memahami keanekaragaman yang ada. Masyarakat pada umumnya masih terjebak dalam memaknai bahwa perbedaan pendapat adalah merupakan rahmat dari Alloh swt ( sesuai hadist yang setelah diteliti lebih lanjut ternyata adalah hadist dhoif bahkan maudu (sesat)). Karena sesungguhnya perbedaan atau ketidaksepakatan pada hakikatnya tidak akan pernah membuat umat ini maju, malah sebaliknya akan membuat umat ini menjadi tercerai-berai. Perbedaan dalam menentukan hal yang sangat vital seperti menentukan awal dan akhir ramadhon janganlah pernah ditolerir atau dibiarkan melainkan harus disegerakan dalam menemukan titik temunya.
Penyebab Kedua, yang masih satu keterkaitan dengan hal sebelumnya. Yaitu masalah terbesar yang terjadi di indonesia sampai saat ini adalah masalah kepemimpinan. Sejak dahulu bangsa ini sulit sekali menemukan pemimpin yang memiliki karakter keislaman yang kuat (profetik), mempunyai integritas yang tinggi terhadap bangsa dan agamanya serta tidak mengharapkan pamrih apalagi sekedar ucapan terima kasih. Bayangkan dengan populasi 80% lebih kaum muslimin di indonesia saat ini seharusnya kita sudah memiliki pemimpin berakhlakul karimah yang menyediakan 100% waktu, tenaga dan pikirannya untuk mengurusi rakyatnya, bukan dirinya, keluarganya atau golonganya saja. Paradigma yang berkembang adalah pejabat, anggota dewan, menteri hingga Presiden atau beragam wujud kepemimpinan lainnya diposisikan kedudukannya berada diatas derajat rakyat biasa. Mereka hidup diatas kemewahan fasilitas negara dan berjalan dengan kesombongan diatas pajak rakyatnya. Mereka inginnya di service lebih. Seharusnya yang dimaksud dengan pemimpin adalah pelayan bagi rakyatnya. Memimpin sama dengan melayani, bukan dilayani.
Faktor kepemimpinan ini yang harus segera dibenahi, karena permasalahan kepemimpinan mempunyai peranan strategis sebagai penentu sekaligus eksekutor sebuah kebijakan yang langsung berdampak pada kehidupan masyarakat. Karena itu masyarakat kini diharapkan memiliki kecerdasan dalam menentukan pemimpinannya baik di tingkat RT, RW hingga kepada Presiden dan para anggota Dewan. Dan disinilah peranan umat islam indonesia dapat dimunculkan, karena umat harus selektif dalam memilih, pemimpin mana yang amanah, jujur dan mampu mengelola negeri ini. Jangan sampai umat islam hanya dijadikan komoditas politik saja dalam menggumpulkan dukungan atau suaranya.
Umat islam indonesia harus segera bangkit dari keterpurukan ini dengan memperbaiki kualitas sumber daya manusianya. Umat islam harus cerdas dalam memahami ajaran yang dibawakan oleh rasullullah saw, jangan lagi kita terjebak dalam permasalahan-permasalahan sepele namun berdampak kerugian yang besar. Dan pada akhirnya umat ini mampu memilih pemimpin yang profetik bagi negeri ini dan membawa negara ini kepada peradaban maju dunia.